Beranda | Artikel
Istikharah dan Musyawarah
Selasa, 28 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Istikharah dan Musyawarah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 7 Dzul Hijjah 1441 H / 28 Juli 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Istikharah dan Musyawarah

Pembahasan kita insyaAllah akan memasuki bab yang ke-97, باب الاستِخارة والمُشاورة (Bab tentang beristikharah dan bermusyawarah). Adapun makna dari bab ini adalah bahwa Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala membahas tentang pentingnya seorang untuk melaksanakan shalat istikharah disaat dia akan mengerjakan sesuatu. Dan tentu “sesuatu” di sini bukan hal yang wajib. Karena kalau hal yang wajib tidak perlu istikharah. Adapun hal-hal yang tidak bersifat wajib tapi mungkin dia ada ketidakjelasan sehingga seseorang dianjurkan untuk mengerjakan shalat istikharah, meminta petunjuk, meminta pedoman yang terbaik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala apakah dia melaksanakan suatu perkara itu atau dia meninggalkan perkara tersebut. Jadi dia meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pilihan yang terbaik.

Lihat juga: Tata Cara Shalat Istikharah dan Doa Istikharah Beserta Penjelasan

Adapun tentang musyawarah adalah bagian dari tuntunan dan ajaran Al-Qur’anul Karim dan ajaran sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bermusyawarah dengan orang-orang yang dewasa, orang-orang yang mempunyai pemikiran cemerlang, orang-orang yang mengetahui tentang agamanya, bermusyawarah dengan mereka dalam perkara-perkara yang akan diambil putusannya, ini adalah bagian dari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun dalil tentang musyawarah dalam Al-Qur’anul Karim adalah surat Ali-Imran ayat 159, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk bermusyawarah dengan sahabat beliau. Dan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan musyawarah tersebut pada peristiwa-peristiwa besar, seperti dalam menghadapi peperangan; perang badar, perang uhud, perang khandak, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bermusyawarah dengan para sahabat beliau Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Makanya Allah perintahkan kepada beliau:

…وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ…

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam satu perkara.” (QS. Ali-Imran[3]: 159)

Apalagi kalau perkar aitu adalah perkara yang besar, perkara yang amat penting, maka ini dianjurkan untuk bermusyawarah.

Kemudian juga Allah Ta’ala berfirman dalam surat Asy-Syura ayat yang ke-38:

…وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ …

Dan urusan mereka hendaklah mereka musyawarahkan.” (QS. Asy-Syura[42]: 38)

Ini juga perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah memuji kaum mukminin yang mana mereka tidak mengambil suatu keputusan kecuali dengan mereka berbincang-bincang, mereka bermusyawarah. Dengan demikian insyaAllah akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Termasuk apa yang dilakukan oleh Khalifah ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu yang menunjukkan bahwasannya beliau mengedepankan tentang musyawarah, yaitu tatkala beliau ditusuk oleh orang Majusi ketika beliau sedang shalat subuh. Saat itu beliau masih bertahan hidup, namun beliau mengetahui keadaannya, bahwa beliau akan meninggal dengan peristiwa itu. Maka beliau memberikan wasiat untuk melanjutkan Khilafah atau kepemimpinan kaum muslimin. Beliau memberikan kepada enam orang agar mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang patut menggantikan beliau setelah beliau wafat.

Maka terpilihlah dari hasil musyawarah yang cukup panjang, diriwayatkan dalam beberapa riwayat tentang apa yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘Anhu, beliau tiga hari tiga malam tidak tidur karena beliau mendatangi dan bermusyawarah dengan para sahabat Nabi. Untuk memutuskan apakah Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib yang akan menjadi Khalifah pengganti ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu.

Dari hasil musyawarah diputuskan bahwa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu sebagai Khalifah atau Amirul Mukminin menggantikan Khalifah yang terbunuh karena terdzalimi oleh seorang Majusi. Intinya bahwa mereka bermusyawarah dalam hal tersebut.

Jadi urusan musyawarah ini memang merupakan ajaran Islam, tuntunan Allah dan RasulNya. Musyawarah dalam hal yang baik untuk mendapatkan suatu keputusan yang baik pula, keputusan yang bijak, keputusan yang memiliki nilai tinggi, berarti, maslahat bagi umat dalam musyawarah tersebut.

Shalat Istikharah

Adapun tentang shalat istikharah, dibawakan riwayat oleh Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala, yaitu dari hadits Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma.

عن جابِرٍ  قَالَ: كانَ رسولُ اللَّه ﷺ يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ في الأُمُور كُلِّهَا، كالسُّورَةِ منَ القُرْآنِ، يَقُولُ: إِذا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَركَعْ رَكْعتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ ليَقُلْ: اللَّهُم إِني أَسْتَخِيرُكَ بعِلْمِكَ، وأستَقْدِرُكَ بقُدْرَتِك، وأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيم، فإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلا أَقْدِرُ، وتَعْلَمُ وَلا أَعْلَمُ، وَأَنْتَ علَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كنْتَ تعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأمرَ خَيْرٌ لِي في دِيني وَمَعَاشي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي -أَوْ قالَ: عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِله- فاقْدُرْهُ لي، وَيَسِّرْهُ لِي، ثمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَإِن كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هذَا الأَمْرَ شرٌّ لِي في دِيني وَمَعاشي وَعَاقبةِ أَمَرِي -أَو قَالَ: عَاجِل أَمري وآجِلهِ- فاصْرِفْهُ عَنِّي، وَاصْرِفْني عَنهُ، وَاقدُرْ لِيَ الخَيْرَ حَيْثُ كانَ، ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ قَالَ: ويُسمِّي حَاجَتَهُ.

Bagaimana penjelasan hadits ini? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Download mp3 yang lain tentang Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin di sini.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48807-istikharah-dan-musyawarah/